JAKARTA,(Media Geser) – Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan banyak134 penonton sepak bola berimplikasi ke berbagai pihak.
Pihak pemerintah membentuk Tim Pencari Fakta Independen Tragedi Kanjuruhan, sejumlah aparat menjadi tersangka Kapolda Jatim dan Kapolres Malang dicopot.
Bukan itu saja, pihak PSSI pun mendapat tekanan dengan adanya tuntutan untuk penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.
Merespons persoalan tersebut, praktisi dan pengamat sepak bola Dali Tahir meminta semua pihak untuk ikuti aturan main.
“Jika kita melangkah dengan penuh emosi dan kemarahan, belum tentu juga menghasilkan sesuatu yang terbaik,” kata Dali Tahir, Senin (24/10/2022)
“Tapi, maaf, Ali Sadikin yang di KLB 1980an awal, tidak membuat PSSI menjadi lebih baik,” kata Dali Tahir.
Dia juga menyebut Nurdin Halid digempur, didemo selama delapan bulan, juga tidak membuat PSSI menjadi baik.
“Mengapa? Karena dasar penggulingan itu emosi yang berlebih,” imbuhnya.
Sebagai mantan anggota Komite Etika FIFA, Dali Tahir ingin melihat semua persoalan dengan jernih.
“Sebagai mantan anggota komite etik, saya juga ingin mengajak kita semua untuk taat aturan,” ajaknya.
Ada hukum positif. Kejarlah para pembuat masalah. Saat ini ada enam tersangka, apakah sudah cukup atau masih akan bertambah? Terus pantau itu.
Ada hukum sepakbola yakni statuta FIFA dan PSSI. Di sana diatur cara bagaimana mekanisme KLB.
“Taati itu dengan baik dan simpan emosi serta kemarahan di dalam saku,” kata Dali Tahir.
Ratusan korban Kanjuruhan itu harus kita hormati bukan kita jadikan yang berbeda.
Karena, jangankan 134, satu jiwa melayang tak akan sebanding ditukar dengan jabatan Ketum PSSI, jabatan esko.
“Satu jiwa terlalu besar untuk ditukar dengan apa pun,” katanya.
Dali Tahir juga mengingatkan, Indonesia pernah dihukum FIFA karena nafsu sekelompok orang lalu melahirkan PSSI tandingan. Melahirkan kompetisi tandingan.
“Jangan sampai para sparatis itu kembali menunggangi tragedi ini untuk mencapai tujuan mereka merebut kebebaran,” tutupnya.***
(KA/RP)